Untuk sebuah tawa yang aku perjuangkan, aku selalu mengingat bagaimana kedua sudut bibirmu tertartik melengkung membentuk sebuah karya yang meneduhkan. Bahkan aku mengingatnya ketika hiruk pikuknya manusia berlalu lalang melewati garis garis putih di jalanan. Atau ketika aku menunggu cahaya merah berganti menjadi hijau, di bawah panasnya terik matahari, sembari menikmati live musik jalanan. Vokalisnya yang mengasongkan keresek permen kosong kepada setiap pengantri jalan. Tentu saja aku tidak akan menghilangkan karya indah milikmu, kau tau? bahkan sekarang aku yang telah duduk mengerjakan setumpuk tugas interpreting dan penelitian. tidak lupa juga secangkir kopi yang kubuat pada pukul dua malam. Tentunya dengan asap yang mengepul ke atas, meminta untukku habiskan dalam sekali tegukan. Aku masih mengingatmu, dengan playlist music yang kuputar di spotify, yang kuberi nama "Atmosfir Rindu".
Bandung, 13 September 2021 WIB
Halo, aku datang lagi, ketempat ini. Sekedar mengabsen dan mengingat cara kita dipertemukan. Setelah pertemuan-pertemuan yang menguras tenaga. Atau bahkan pertemuan-pertemuan yang dulu akan slalu ku tunggu, layaknya hujan disaat kemarau, layaknya air di tengah padang pasir, layaknya teh yang mendambakan gula. Layaknya aku yang merindukanmu.
Atau bahkan pertemuan-pertemuan yang tidak di inginkan Seperti sekarang. Analoginya mungkin… Aku adalah rasa matcha untukmu yang menyukai rasa coklat. Aku adalah payung untukmu yang menyukai hujan. Aku adalah rumah untukmu yang menyukai berkemah. Aku adalah tangga untukmu yang menyukai eskalator. Atau mungkin saja aku adalah tanah untukmu yang menyukai langit.
Ku edarkan pandanganku ke arah kursi yang mungkin 6 bulan lalu di hari kamis dua orang insan asik bercengkrama. Sesekali tawanya menggema. Perdebatan-perdebatan kecil itu menyapa mereka, lalu merekatertawa kembali Hahaha. Akupun bergumam “manis”.
Bandung, 13 Juli 2022. 23:23 WIB
Setelah ku lewati lulusnya taun pertama, aku mulai lupa beberapa hal yang mungkin saja dimasalalu aku sangat menikmatinya. Seperti meminum kopi di malam hari, menyeduh sebungkus mie dengan 2 saus dan 1 telur, musik yang mengalun.
Beberapa hal aku lupakan dengan terpaksa, Seperti suara telfon yang belum berakhir dipukul 2 malam, atau tiba-tiba terbangun melihat benda kotak pipih yang layarnya menunjukan masih terhubung ke dalam panggilan. Atau mungkin saja aku tidak melupakannya. Mereka hanya di arsipkan dibawah tumpukan ingatan yang sewaktu-waktu akan ku replay seperti sekarang. Rasanya tetap sama, sedikit ngilu dan masih seindah dulu. Namun Rupanya rasa sakitnya menyebar lebih luas. Bukan hanya ngilu namun mereka meradang menjadi luka yang belum bisa aku sembuhkan. Lukanya bernanah. Ingatan dan lukanya menyapa secara berrsamaan sebelum aku terlelap kembali. Tidak apa sakitnya akan ku rawat tanpa obat. Akan ku nikmati rasa sakitnya sampai aku bosan. sampai aku tidak bisa membedakan. Lukanya Telah sembuh atau masih utuh.
Bandun, 13 Oktober 2022 19:17
Hi... lama ya tidak bertemu, izinkan aku menyapa dengan beberapa kalimat yang mungkin saja mengudara. langsung mulai saja yaa, dari banyaknya kehilangan, yang paling ku rindukan adalah diriku sendiri yang paling ceria dan paling bahagia. Kini aku datang dengan hati yang bahkan tidak bisa lagi merasa menghangat. aku pun bertanya kepadanya "apakah rasamu telah mati dan jatuh berguguran?" dia bergeming tidak menjawab. Dia selalu berwarna merah kadang berubah menjadi merah muda warna kesukaanku, terkadang juga berubah menjadi merah kegelapan, kini dia hanya duduk dipojokan dengan ruangan yang paling hampa yang pernah ku rasakan, gelap, sesak, luka, kehitaman. Dia menenggelamkan mukanya diatas lututnya. Melihat ruangannya berantakan banyak pecahan kaca entah itu berasal dari vas bunga atau cermin yang biasa ia gunakan untuk menambah warna merah mudanya. terlalu kacau untuk di bereskan. aku saja perlu berjinjit dan hati hati untuk tidak terluka lagii. Setelah melihat keadaan ini akupun tersadar