Senin, 13 September 2021

Atmosfir Rindu

    Untuk sebuah tawa yang aku perjuangkan, aku selalu mengingat bagaimana kedua sudut bibirmu tertartik melengkung membentuk sebuah karya yang meneduhkan.  Bahkan aku mengingatnya ketika hiruk pikuknya manusia berlalu lalang melewati garis garis putih di jalanan. Atau ketika aku menunggu cahaya merah berganti menjadi hijau, di bawah panasnya terik matahari, sembari menikmati live musik jalanan. Vokalisnya yang mengasongkan keresek permen kosong kepada setiap pengantri jalan. Tentu saja aku tidak akan menghilangkan karya indah milikmu, kau tau? bahkan sekarang aku yang telah duduk mengerjakan setumpuk tugas interpreting dan penelitian. tidak lupa juga secangkir kopi yang kubuat pada pukul dua malam. Tentunya dengan asap yang mengepul ke atas, meminta untukku habiskan dalam sekali tegukan. Aku masih mengingatmu, dengan  playlist music yang kuputar di spotify, yang kuberi nama "Atmosfir Rindu". 

Bandung, 13 September 2021 WIB



Halo, aku datang lagi, ketempat ini. Sekedar mengabsen dan mengingat cara kita dipertemukan. Setelah pertemuan-pertemuan yang menguras tenaga. Atau bahkan pertemuan-pertemuan yang dulu akan slalu ku tunggu, layaknya hujan disaat kemarau, layaknya air di tengah padang pasir, layaknya teh yang mendambakan gula. Layaknya aku yang merindukanmu. 

Atau bahkan pertemuan-pertemuan yang tidak di inginkan Seperti sekarang. Analoginya mungkin… Aku adalah rasa matcha untukmu yang menyukai rasa coklat. Aku adalah payung untukmu yang menyukai hujan. Aku adalah rumah untukmu yang menyukai berkemah. Aku adalah tangga untukmu yang menyukai eskalator. Atau mungkin saja aku adalah tanah untukmu yang menyukai langit. 

Ku edarkan pandanganku ke arah kursi yang mungkin 6 bulan lalu di hari kamis dua orang insan asik bercengkrama. Sesekali tawanya menggema. Perdebatan-perdebatan kecil itu menyapa mereka, lalu merekatertawa kembali Hahaha. Akupun bergumam “manis”.

Bandung, 13 Juli 2022. 23:23 WIB




Setelah ku lewati lulusnya taun pertama, aku mulai lupa beberapa hal yang mungkin saja dimasalalu aku sangat menikmatinya. Seperti meminum kopi di malam hari, menyeduh sebungkus mie dengan 2 saus dan 1 telur, musik yang mengalun.

Beberapa hal aku lupakan dengan terpaksa, Seperti suara telfon yang belum berakhir dipukul 2 malam, atau tiba-tiba terbangun melihat benda kotak pipih yang layarnya menunjukan masih terhubung ke dalam panggilan. Atau mungkin saja aku tidak melupakannya. Mereka hanya di arsipkan dibawah tumpukan ingatan yang sewaktu-waktu akan ku replay seperti sekarang. Rasanya tetap sama, sedikit ngilu dan masih seindah dulu. Namun Rupanya rasa sakitnya menyebar lebih luas. Bukan hanya ngilu namun mereka meradang menjadi luka yang belum bisa aku sembuhkan. Lukanya bernanah. Ingatan dan lukanya menyapa secara berrsamaan sebelum aku terlelap kembali. Tidak apa sakitnya akan ku rawat tanpa obat. Akan ku nikmati rasa sakitnya sampai aku bosan. sampai aku tidak bisa membedakan. Lukanya  Telah sembuh atau masih utuh. 

Bandun, 13 Oktober 2022 19:17


Hi... lama ya tidak bertemu, izinkan aku menyapa dengan beberapa kalimat yang mungkin saja mengudara. langsung mulai saja yaa, dari banyaknya kehilangan, yang paling ku rindukan adalah diriku sendiri yang paling ceria dan paling bahagia. Kini aku datang dengan hati yang bahkan tidak bisa lagi merasa menghangat. aku pun bertanya kepadanya "apakah rasamu telah mati dan jatuh berguguran?" dia bergeming tidak menjawab. Dia selalu berwarna merah kadang berubah menjadi merah muda warna kesukaanku, terkadang juga berubah menjadi merah kegelapan, kini dia hanya duduk dipojokan dengan ruangan yang paling hampa yang pernah ku rasakan, gelap, sesak, luka, kehitaman. Dia menenggelamkan mukanya diatas lututnya. Melihat ruangannya  berantakan banyak pecahan kaca entah itu berasal dari vas bunga atau cermin yang biasa ia gunakan untuk menambah warna merah mudanya. terlalu kacau untuk di bereskan. aku saja perlu berjinjit dan hati hati untuk tidak terluka lagii. Setelah melihat keadaan ini akupun tersadar

Minggu, 04 April 2021

Teman

Teman

_Noniku  


untuk sesuatu yang datang dan bertahan

antara aku dan kamu atau mereka sebut "kita"

dan sesuatu yang tidak layak aku perdebatkan 

antara hatimu dan sendiriku


sebenarnya aku tidak perlu untuk mengharu

tentang garis yang ku buat susah payah

bahkan aku membangunnya tinggi tinggi

untuk menyadarkan diri bahwa sandarku bukan dirimu


berkali kali ku menahan untuk tidak menepi lalu bercerita

namun kau tetap bertanya dan bodohnya aku selalu menjawab

ada tawa disetiap ceritaku

ada penenang di setiap sedihku


hingga ku tebiasa memanggil penenang itu dirimu

kau lebih dari nikotin bagiku

otaku slalu bekerja lebih pintar untuk mengingatmu

jariku slalu berinisiatif untuk menanyakann kabarmu


terbesit rasa untuk menjauh pergi

namun aku berhianat pada diri

aku memilih rasa itu ada dan membohongi. 

mennyembunyikannya dalam sebuah kata 

yang ku sebut dengan kata "Teman"

Selasa, 22 Desember 2020

Euforia

 

Euforia

Noniku

 

Susana Diam yang menghalau setiap sepi

Karena jeruji jeruji besi yang menjulang tinggi

Aku malu kepada keramaian yang melambai untuk kembali

 

aku melangkah tetapi terhenti

aku melambai tetapi tak terungkapi

aku ingin kembali tetapi tak mengerti

aku ingin pulang tetapi tak tau jalan kembali

 

seakan takdir memkasaku disini

terkunci dalam setiap euforia sendiri

terdiam kaku terperangkap di dalam hati

tidak ada harapan untuk pergi

 

Tolong…. Teriakan  aku….

Bantu aku mencari pintu yang tak terlihat di dalam sini

Tolong…. Berhentikan aku…..

Bantu aku menemukan pintu yang dibaliknya ada keramaian

 

Ternyata sedari tadi aku hanya bemonolog diri

Jeruji itu tercipta di dalam sanubari hati

Karna Aku tidak perlu menjelma menjadi Euforia sepi

Yang akan musnah dan pergi.




masih berantakan yaa? gapapa mungpung lagi gabut sembari menemani bikin proposal skripsweet doakan yaa untuk lancar terus hehehe. love u reader💜


Sabtu, 31 Oktober 2020

Merah Kegelapan

MERAH KEGELAPAN

 Noniku


aku menjadi merah dan gelap, ketika Mataku terbuka.
aku ingin mendobrak setiap pintu yang terlihat.
meronta ronta seakan meminta untuk diteriakan.
Aku menjerit sakit tertusuk ke dalam dada. 


lalu.. akupun tertawa nanar di depanmu. 
se enak itukah memakan ludah yang telah kau buang?
maniskah rasanya? atau kau sudah mati rasa?
berapa banyak ludah yang telah kau makan?


aku terdiam sesak, tersekap didalam ruangan hitam. 
tercekik pilu, dengan tangan tangan yang membungkam.


Mungkin merahku membara.
Namun tangisku memilu. 
Ada yang padam dalam nuranimu.
Ada yang mati di dalam hatimu


Kini kau tak hanya buta.
Kau mulai menuli.
Kau mulai membungkam. 
Terkuasi perintah dan suapan.


Duniamu dipenuhi hingar bingar ramainya kota.
Dan duniaku penuh kegelapan dinginnya desa.



Atmosfir Rindu

    U ntuk sebuah tawa yang aku perjuangkan, aku selalu mengingat bagaimana kedua sudut bibirmu tertartik melengkung membentuk sebuah karya ...